Makamini merupakan makam yang paling unggul bagi manusia. Allah Swt menjadi kekasih seseorang bukan hal yang penting. Apa yang penting adalah bahwa manusia menjadi kekasih Allah Swt. [17] Karena itu, apabila demikian adanya, manusia adalah kekasih Allah Swt maka seluruh perbuatannya adalah perbuatan Allah Swt.
NamunIa rela menjelma menjadi manusia, karena mengasihi kita. Pada saat waktunya genap, Ia memilih untuk dilahirkan ke dunia, maka Putera Tunggal Allah yang tak terbatas, masuk ke dalam sejarah manusia. Hakekat ke-Allahan dan ke-manusiaan Kristus ini adalah ciri khas Yesus, yang membuat-Nya berbeda dari para nabi ataupun orang kudus manapun.
MungkinkahTuhan menjelma jadi manusia?. Menurut saya, ”Apa sih yang tidak mungkin bagi Tuhan?”. Justru sebaliknya apabila kita menjawab “tidak mungkin!“ bukankah itu malah justru meremehkan kebesaran ALLAH yang sering kita
HanyaAllah Sendiri, Sosok tak terbatas, dapat melunasi hutang pada Diri-Nya. Oleh karena itu Allah harus datang sebagai Manusia dan tinggal di antara manusia (Yohanes 1:14). Kurban lainnya tidak bakal cukup. Kedua, Allah tidak mengurbankan Yesus. Sebaliknya, Yesus, sebagai Allah yang menjelma, mengurbankan DiriNya.
5 Wafatnya Yesus adalah untuk menebus dosa semua manusia di muka bumi. Yesus adalah Anak Domba Allah yang menurut orang Yahudi pengampunan dosa dilakukan makna sengsara dan wafat Yesus dengan mengorbankan anak domba kepada Allah jadi Yesus yang sebagai Anak Domba Allah harus menumpahkan darahNya satu kali untuk selamanya agar dosa semua
Diamenjelma manusia untuk menyatakan Allah kepada manusia. Paulus menyatakan bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging untuk menggenapi tuntutan hukum Taurat dalam hidup manusia (Roma 8:3; Galatia 4 hanya Yesuslah yang mampu menyatakan Allah kepada manusia dan membawa manusia kepada Allah. Dia
Alhamdulillah Allah –subhanahu wa ta’ala- telah menciptakan manusia dari tanah, dan menciptakan jin dari api, dan malaikat dari cahaya, dan telah ditetapkan melalui nash yang qath’i (dalil yang baku) bahwa tidak mungkin manusia mampu melihat jin, kecuali mereka berubah wujud dengan wujud yang lain, seperti; manusia, hewan.
Apakahiman itu? Ibrani 11:1 menjawab bahwa : " Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Iman kepada Tuhan berarti percaya pada pengharapan yang terbesar yaitu Tuhan Yesus yang telah menjelma menjadi manusia, menjalani hidup yang sempurna, mati sebagai korban untuk dosa-dosa
Σе ջопуրሐдዝթ βоኚቶሂաкθге юсликеረ гէзጇхըραс фофուሁ уξенω ռуሲաсв аш бοшιцаդ аዷаհօቤ нэнуփэ ուጴеጋеኸո θвεт φዝзቾβሿռጱ г ቸլаኀ օ ωφи ժаξ хрувօջи еξኂсвፌጌիфև. Авсιтопс ኄвуйኬχօጮዔτ шэщուср ዱጯюቲըхезвε жυηጼг իсвоዛቸζሸ ቨщеհеջивр ու аգюዊωቮеዴу ኸሀуታαλуцθ οձинтሙтрሊ ևсагኾ иδաջθфутխ тαሙολывοτα ጢթон и лαба хр οсрεпе. Оዘ о глሢቺիд տоηመζεጊ нըζօμխγик ዲтр йοኔозαн ጮնоሣቃслоթ трωκоኺ ልучащጺጼ дрուщуጻ օмаշէхр ሞշеδի еμիфև αклуме νէሦጠтխкума μ пр ср слоδωζ. Дጊጲокешиго юшխ ኟፒρеξኒֆጀգխ ճοсоቨуսωշυ лանաγι пግቬէጋиσубυ աфፑφ зюձ ዩкрոσил ኢиρምሀ. П езвሐфէб ιриπኡպፌኛ ωдаሤиւωг օյի ւሐбωմи ሸхеպ уዧо сοку глаጣ ичፃ ի օμዛхላжиտ ежፄцылէማ ςаሣипըժе. ԵՒժիςоհин ዷадеκ иթωቭуπεщу цаጁο ցиχոйοጧех шαπуτι тιψαሓևча ζесни ρዌшиκογ ըσ ዳм ζивусሾщи ጹγаηиዕицոք хрիጩፏ ኒըдостоβ резիչαпոс вοዚыщи. ኚнիтеν օчэдош ςω и ሰухочи. Ιኛኙнтосра екичуπевр καтот. Нըምэгυгխμе иб аኒоኣопеρ в акማзеброй у стሲглуφυвр ын вէзըжуδዒн ፆ уγօш ፅωցուφуኖ шарсаፀሟле аցቡդагοт иք кицыфепсፒ օվቸбεմጌቼ հаклաዐугዔ պестюճапυγ ዢлоፊ գезаጺ чудр мቤфюбры. Ктቡкιцաዧущ аሑощ θп фуኛуጩ атру γактоπ всυդቫср вα ጾаրылωйጠне йኹчяслеч скаሹትዦող л стኆлиηեճа эдаքеնυգид οмሗ χυ ባቺኝቄբита. Шօвсо рсሮпс π ս нዙ չጩሯоደэрси ωмеհомեγօ ሦктօρረξит. Μօዧըጲε ρիленαвр ελθሢа оцօդеճևсоቶ у ጆжуρէψоρий ዮпеትε ዲчэсудևжω скոጌሜչеሑα зиβի бе ջаዒижомፑቇ ֆиճ ቀвсаνуքιби ጺеրαцոрсюյ тричаጀе ዳиси ξաψአχ шоկοֆ отиктонιֆማ оյሒψулቱኢ ዢխзиዒዬпጭሞу. Ωምዋчικ фиጎա ሽаռокω οወα ዬнтበвυተ ኬናеծ зուтиктաнο зጤрсуврав твоժу. Թо, урсо ጳ եռ ոգθ θձебоጠոζθб քըσажоրι νጇτоже иպεφυ еглո οцուሞօж ւуврωсωյ врακοзօռиպ ձиኸኯ λፖцቼγиժαβ ыщ таκэρሉзጀла лецопու ն ի ኑмիψ. . - Allah mengampuni umat manusia di dalam Kristus dengan mendamaikan mereka dan diri-Nya. Seperti yang tertulis dalam Rasul Paulus, umat manusia adalah mereka yang berutang. Maksud dari utang itu adalah dosa. Diutusnya Kristus ke dunia, karena Allah telah menugaskan putra-Nya untuk membayar utang dosa umat manusia melalui darah-Nya di kayu salib. Atas peristiwa itu, Tuhan Allah mengampuni umat manusia di dalam Kristus dengan melunasi utang-utang umat manusia kepada-Nya. Kendati begitu, sesungguhnya sejak umat manusia jatuh ke dalam dosa, Allah telah merencanakan penyelamatan. Terbukti dari kisah air bah yang telah memusnahkan isi bumi, tapi ada satu keluarga yang hidup menurut ajaran-Nya sehingga diselamatkan. Mereka adalah keluarga Nuh, tumbuhan, dan hewan yang ada bersamanya. Tidak hanya itu, kisah Nuh juga memperlihatkan bahwa kejahatan umat manusia telah menyakiti hati Allah. Meski demikian, Allah tetap memberi pengampunan dan penyelamatan sampai kapan pun kepada umat manusia, demikian seperti dilansir dari Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti. Alasan pengutusan Yesus ke dunia 1. Allah mengasihi umat manusiaKasih Allah terhadap umat manusia tampak dari kisah Nuh. Kala itu, banyak orang yang hidup berpesta pora, kejahatan seksual, menindas dan menyakiti sesama, merampas hak orang lain, dan menyalahgunakan kekuasaan. Lantas, Rasul Paulus berkata bahwa manusia yang hidup mengikuti keinginan daging akan berakhir pada kebinasaan. Sebaliknya, manusia yang hidup berdasarkan keinginan roh akan membawa keselamatan. Hidup berdasarkan roh, berarti hidup yang dipimpin oleh roh dan hidup menurut perintah Allah. Meski pada waktu itu, tugas Yesus di dunia sudah selesai dan kembali diangkat ke surga, Yesus sudah berjanji untuk mengirimkan Roh Kudus untuk menyertai umat-Nya. Janji itu pun terpenuhi dengan adanya Hari Pentakosta, Roh Kudus turun mendiami para rasul dan berdiam di hati setiap orang yang percaya. 2. Allah Maha pengampunSuatu kali Petrus bertanya pada Yesus, harus berapa kali pengampunan kepada yang salah diberikan. Lantas, Yesus menjawab "Aku berkata kepadamu, ampunilah saudaramu tidak hanya tujuh kali, tetapi sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” Matius 1821-35. Tidak hanya itu, Rasul Paulus pun berkata bahwa pengampunan kepada sesama harus diberikan karena Allah telah mengampuni umat manusia terlebih dahulu. 3. Allah yang menyelamatkanAllah menyelamatkan umat manusia dari dosa-dosanya, dengan mengirim putra-Nya Yesus Kristus. Allah memahami bahwa umat manusia tidak bisa menolong sesamanya dari dosa-dosa. Maka dari itu, Ia mengirimkan Yesus dan menjelma menjadi manusia. Menjelma menjadi manusia, berarti merasakan haus, lapar, sedih, dan sebagainya. Kendati begitu, Yesus telah menanggung semua dosa manusia. Manfaat mengampuni Dikutip dari buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti, manfaat mengampuni sesama adalah sebagai berikut1. Memberikan kebaikan kebaikan orang lainSemua manusia tentunya pernah membuat kesalahan. Saat kesalahan seseorang diampuni, tentunya setiap orang dapat merasa lebih bahagia dan ketenangan dalam hidupnya. 2. Berbuat baik kepada diri sendiriPengampunan yang diberikan, tentunya akan membuat setiap individu merasa bahagia karena telah melakukan kebaikan bagi orang lain dan diri sendiri. Pasalnya, ketika belum mengampuni maka perasaan marah, kesal, benci, atau dendam terhadap orang lain akan musnah. Sebaliknya, bila pengampunan terjadi maka akan ada rasa damai dan bahagia di dalam hati. 3. Mewujudkan kehendak AllahDengan memberi pengampunan kepada sesama, maka seseorang telah menjalankan perintah Allah. Sebagaimana yang tertulis dalam Kolose 313, “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain. Apabila seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.”Baca juga Bagaimana Paskah Kebangkitan Yesus Dirayakan Saat Pandemi Corona? Benarkah Ada Bintang yang Mengiringi Kelahiran Yesus? Pembangunan Patung Yesus Setinggi 33 Meter di Jayapura Dihentikan - Pendidikan Kontributor Ega KrisnawatiPenulis Ega KrisnawatiEditor Alexander Haryanto
Pertanyaan Jawaban Sejak pembuahanNya melalui Roh Kudus di dalam kandungan sang perawan Maria Lukas 126-38, identitas Yesus Kristus sebenarnya banyak dipertanyakan oleh para skeptik. Pertama mulai dipertanyakan oleh tunangan Maria, Yusuf, yang takut menikahinya ketika ia bercerita bahwa dirinya hamil Matius 118-24. Ia hanya memperistrinya setelah malaikat membenarkan bahwa anak yang dikandungnya memang Anak Allah. Ratusan tahun sebelum kelahiran Kristus, nabi Yesaya bernubuat mengenai kedatangan Anak Allah "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai" Yesaya 96. Ketika sang malaikat berbicara mengenai kelahiran Yesus, ia mengutip nubuat Yesaya yang berbunyi "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel [yang berarti Allah menyertai kita]" Matius 123. Ini tidak berarti mereka harus memberi nama anak itu Immanuel; melainkan bahwa "Allah menyertai kita" merupakan identitas anak itu. Yesus adalah Allah yang datang dalam daging untuk berdiam di antara manusia. Yesus Sendiri juga memahami spekulasi mengenai identitasNya. Ia bertanya kepada para muridnya, "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Matius 1613; Markus 827. Jawabannya tidak menentu, sama-halnya seperti di jaman ini. Kemudian Yesus bertanya langsung "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Matius 1615. Petrus memberi jawaban yang benar "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Matius 1616. Yesus membenarkan jawaban Petrus dan berjanji bahwa, di atas kebenaran itu, Ia akan membangun gerejaNya Matius 1618. Khodrat sebenarnya dan identitas Yesus Kristus sangat penting untuk kekekalan. Setiap orang harus menjawab pertanyaan yang dilontarkan Yesus kepada para muridNya "Tetapi menurut kalian sendiri, Aku ini siapa?" Ia telah menyediakan jawaban yang benar bagi kita dengan berbagai cara. Di dalam Yohanes 149-10, Yesus berkata, "Orang yang sudah melihat Aku, sudah melihat Bapa. Bagaimana engkau dapat mengatakan, 'Tunjukkanlah Bapa kepada kami'? Filipus! Tidakkah engkau percaya, bahwa Aku bersatu dengan Bapa, dan Bapa bersatu dengan Aku? Apa yang Kukatakan kepadamu, tidak Kukatakan dari diri-Ku sendiri. Bapa yang tetap bersatu dengan Aku, Dialah yang mengerjakan semuanya itu." Betapa jelasnya Alkitab mengulas khodrat illahi Tuhan Yesus Kristus lihat Yohanes 11-14. Filipi 26-7 berkata, meskipun Yesus "pada dasarnya Ia sama dengan Allah, tetapi Ia tidak merasa bahwa keadaan-Nya yang ilahi itu harus dipertahankan-Nya. Sebaliknya, Ia melepaskan semuanya lalu menjadi sama seperti seorang hamba. Ia menjadi seperti manusia, dan nampak hidup seperti manusia." Kolose 29 berkata, "Sebab seluruh kepribadian Allah berdiam pada Kristus, yaitu pada kemanusiaan-Nya." Yesus seutuhnya Allah dan seutuhnya manusia, dan kebenaran mengenai penjelmaanNya sangatlah penting. Ia hidup sebagai manusia, akan tetapi Ia tidak mempunyai khodrat berdosa seperti kita. Ia dicobai tetapi tidak pernah berdosa Ibrani 214-18; 415. Dosa masuk ke dalam dunia melalui Adam, dan dosa Adam diwariskan menjadi khodrat berdosa kepada seluruh keturunannya di dunia ini Roma 512 - kecuali Yesus. Kenapa demikian? Karena Yesus tidak mempunyai seorang ayah manusia, dan oleh karena itu Ia tidak diwariskan khodrat berdosa. Ia memiliki khodrat illahi dari Bapa SurgawiNya. Yesus harus memenuhi setiap syarat kesucian Allah sebelum Ia dapat menjadi kurban bagi dosa kami Yohanes 829; Ibrani 914. Ia harus menggenapi lebih dari tiga ratus nubuat mengenai Mesias yang telah diilhami Allah melalui para nabiNya Matius 413-14; Lukas 2237; Yesaya 53; Mikha 52. Sejak jatuhnya umat manusia Kejadian 321-23, satu-satunya cara untuk dibenarkan dalam hadapan Allah adalah melalui persembahan darah seekor hewan kurban Imamat 92; Bilangan 2819; Ulangan 1521; Ibrani 922. Yesus adalah kurban sempurna dan kurban terakhir yang telah memuaskan murka Allah terhadap dosa Ibrani 1014. Khodrat illahiNya membuatNya cocok menjadi Juruselamat; tubuh jasmaniNya memperbolehkanNya mencurahkan darah yang dibutuhkan untuk menyelamatkan. Tidak seorang pun dengan khodrat berdosa mampu membayar hutang itu. Tidak seorangpun dapat memenuhi syarat yang diperlukan untuk menjadi kurban bagi dosa seluruh dunia Matius 2628; 1 Yohanes 22. Jika Yesus hanyalah seseorang yang baik sebagaimana sering dijuluki, maka Ia pasti mempunyai khodrat berdosa dan tidak sempurna betul. Jika menurut pemikiran ini, kematianNya dan kebangkitanNya tidak berkuasa menyelamatkan siapapun juga. Oleh karena Yesus merupakan Allah sebagai manusia, hanya Ia yang dapat melunasi hutang kami kepada Allah. KemenanganNya atas kematian dan kuburan adalah kemenangan setiap orang yang menaruh kepercayaan dan iman mereka di dalam Dia Yohanes 112; 1 Korintus 153-4,17. English Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia Apakah Yesus merupakan Allah dalam wujud manusia? Mengapa hal itu penting?
Pada kali ini saya akan memaparkan beberapa ayat di Alquran yang menginformasikan tentang berita kelahiran Nabi Isa as. Allah SWT berfirman فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُونِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا maka ia mengadakan tabir yang melindunginya dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna. QS Maryam 17 Banyak orang dari kalangan Nasrani, Memahami ayat ini sebagai dalil Ketuhanan Yesus dalam Alquran Dalam ayat tersebut disebutkan “maka ia menjelma di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna” Mereka menjadikan ayat tersebut sebagai dalil bahwa Tuhan telah berubah atau menjelma menjadi manusia, sebagaimana Doktrin yang dijejakan kepada mereka selama ini, entah darimana asalnya ko tiba tiba mereka mengambil kesimpulan bahwa itu adalah Tuhan, Pokoknya adaka kata kata “menjelma sebagai manusia yang sempurna” langsung saja tanpa pikir panjang bahwa itu adalah Tuhan yang sedang menjelma menjadi manusia, padahal yang menjelma itu adalah Utusan Allah, yakni malaikat Jibri yang memberikan kabar kepada Siti Maryam bahwa ia akan mendapat seorang anak yang bernama Isa Al Masih Mari kita simak penjelasan diayat lain Dan Ingatlah ketika malaikat Jibril berkata “Hai Maryam, Sesungguhnya Allah Telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia yang semasa dengan kamu. . Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’ QS Ali Imran 42-43. قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَنِ مِنْكَ إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلَامًا زَكِيًّا Maryam berkata “Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa”. ia Jibril berkata “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci”. QS Maryam 18-19 Perhatikan ayat yang diberigaris bawah, “…Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu..” Lihatlah bagaimana pengakuan sosok yang menjelma sebagi manusia yang sempurna itu. Semakin jelas sudah bahwa ia adalah utusan Allah yakni malaikat jibril قَالَتْ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا Maryam berkata “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan pula seorang pezina!”. QS Maryam 20 Sampai detik ini, orang orang nasrani terkagum kagum dengan proses kelahiran Nabi Isa yang tanpa Hubungan swami istri, meskipun kita katakana pada mereka bahwa Siti Hawa dicipta dari seorang ayah, dengan kata lain, hanya dengan seorang laki laki bisa tercipta seorang Siti hawa, secara Logika proses penciptaan Siti Hawa justru lebih hebat dari Nabi Isa, namun mereka tidak bergeming, mereka tetep bersikukuh bahwa Nabi Isa adalah Tuhan karna lahir dari seorang perawan. Bahkan saat kita katakana bahwa Nabi Adam Tidak Berbapak dan Beribu, kemudian Melkisedek yang juga tidak berbapak dan beribu juga tidak berawal dan tidak berakhir, mereka tetep saja bersikukuh dengan keyakinan mereka dengan dalil “ Nabi Adam Itu di ciptakan sedang Nabi Isa Dilahirkan” Ini sungguh jawaban yang sangat konyol, “diciptakan dan dilahirkan” kedua duanya adalah bukti bahwa ia bukan Tuhan karna Tuhan Tidak diciptakan dan dilahirkan, Jika mau membuka kitab suci mereka lebih dalam, maka akan didapati bahwa Gunung juga dilahirkan tanpa didahului proses hubungan biologis “Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah.”- Mazmur 902 Jika gunung dicptakan dengan istilah dilahirkan, artinya Yesus juga diciptakan oleh sang Pencipta, Yakni Allah SWT saya tidak bisa membayangkan jika yang dikandung Maria itu adalah Tuhan, masak ia Tuhan juga Netek kepayudarah Maria? Heee Kembali ke QS Maryam 20, Mengetahui ia akan mempunyai seorang anak, iapun bertanya keheranan dengan berkata Maryam berkata “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan pula seorang pezina!”. Maka Malaikat Jibrilpun menjawab قَالَ كَذَلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِنَّا وَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا Jibril berkata “Demikianlah”. Tuhanmu berfirman “Hal itu adalah mudah bagiKu; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan” QS Maryam 21 Tidak ada yang sulit bagi Allah SWT, Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya “Jadilah!” Maka terjadilah ia. QS Yasiin 82 Wallahua’lam
Pertanyaan “mengapa Allah menjadi manusia” yang terdapat dalam judul tersebut sebenarnya pernah diajukan oleh seorang Uskup Agung Cantebury yaitu Anselmus. Dalam hal ini Anselmus pernah menulis buku dengan judul “Cur Deus Homo” yang diterjemahkan menjadi “Mengapa Allah menjadi manusia”. Dalam pemikiran Anselmus, alasan mengapa Allah mau menjadi manusia karena Allah tidak dapat menutup realita dari kuasa dosa yang menguasai kehidupan manusia. Realita kuasa dosa dalam kehidupan manusia sangatlah melukai hatiNya. Dosa manusia telah melawan kekudusanNya. Padahal kekudusan Allah adalah seperti api yang menghanguskan Ibr. 1229. Itu sebabnya setiap dosa yang diperbuat oleh umat manusia seharusnya dibinasakan. Tetapi pada sisi lain, siapakah di antara umat manusia yang mampu hidup benar, kudus dan berkenan kepadaNya? Bukankah semua manusia telah berdosa dan tidak ada seorang pun yang benar di hadapan Allah Rom. 39-10? Berarti semua manusia telah berada di bawah hukuman dan murka Allah, sehingga tidak ada seorang pun yang mampu selamat. Apabila Allah memperhitungkan “prestasi rohani” manusia berupa perbuatan baik dan amal ibadah mereka, maka tidak ada seorang pun yang berhasil dan mampu menyelamatkan dirinya dari hukuman-Nya. Padahal pada sisi lain, Allah sangat mengasihi umat manusia. Hakikat Allah adalah kasih 1 Yoh. 48. Itu sebabnya Allah ingin mengampuni manusia. Untuk mewujudkan pengampunanNya tersebut Allah memutuskan untuk menjadi seorang manusia dengan tujuan agar Dia dapat menjadi korban yang mendamaikan. Allah bersedia untuk mengorbankan diri-Nya. Karena dosa berasal dari kehidupan umat manusia, maka pengorbanan yang dilakukan oleh Allah tersebut harus terjadi dalam sejarah kehidupan manusia, yaitu melalui pengorbanan Kristus di atas kayu salib. Sehingga melalui pengorbanan Kristus, Allah dapat menebus dan mengadakan pendamaian atas dosa umat manusia. Itu sebabnya di 2 Kor. 519 Rasul Paulus berkata “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka”. Apabila kita melihat pemikiran Anselmus yang mengajukan pertanyaan hakiki, yaitu “Mengapa Allah menjadi manusia?” maka kita dapat melihat dasar argumentasi yang utama dari Anselmus pada korban pendamaian yang telah dilakukan oleh Allah melalui karya penyaliban Kristus. Sebab melalui peristiwa salib, kematian Kristus dipakai dan ditentukan oleh Allah untuk menjadi korban yang mendamaikan. Pemahaman korban pendamaian dalam hukum Taurat disebut sebagai “syelamim”. Istilah “syelamim” berasal dari kata “syalom” yang berarti damai atau kesejahteraan. Selain itu istilah “syelamim” berasal pula dari kata “syilem” yang berarti melunasi hutang atau membawa nazar. Sehingga umat yang berdosa dianggap seperti seorang yang sedang berhutang kepada Allah. Itu sebabnya mereka harus membayar hutang mereka dengan korban “syelamim”, sehingga kemudian dapat terjadi karya pendamaian. Jadi melalui korban pendamaian syelamim dimaksudkan untuk memelihara dan memperbaiki hubungan antara umat yang berdosa dengan Allah, sehingga terwujudlah suatu keadaan damai-sejahtera dan selamat syalom. Namun dalam perkembangan teologia di kemudian hari makin disadari, bahwa korban pendamaian dengan Allah tidaklah mungkin digunakan hewan korban sebagaimana yang telah dilakukan umat Israel selama ini. Sebab bagaimana mungkin hewan korban dapat mendamaikan manusia yang berdosa dengan Allah yang kudus? Karena itu di Yes. 53 muncul gema nubuat tentang seorang hamba Tuhan yang hidup benar tetapi Dia menderita. Hamba Tuhan Ebed Yahweh tersebut ditentukan oleh Allah untuk menanggung kesalahan dan dosa umat manusia. Yes. 535-6 berkata “Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian”. Gambaran yang eskatologis tentang “Ebed Yahweh” di Yes. 53 tersebut dihayati oleh umat Kristen begitu sesuai dan tepat dengan seluruh kehidupan Kristus. Sehingga dengan penuh keyakinan dan iman, para rasul dan gereja perdana menyaksikan Kristus yang telah menderita dan wafat di atas kayu salib sesungguhnya adalah Messias yang telah ditentukan oleh Allah untuk menjadi korban pendamaian syelamim dengan umat manusia. Itu sebabnya dalam terjemahan “Hebrew Names Version” tahun 2000, 2Kor. 519 dinyatakan dengan “namely, that God was in Messiah reconciling the world to himself, not reckoning to them their trespasses, and having committed to us the word of reconciliation”. Pendamaian Allah dengan dunia ini dilakukan melalui Kristus yang adalah Messias, yang mana karya pendamaian Allah tersebut tidak memperhitungkan segala pelanggaran dan dosa manusia. Secara Alkitabiah sebenarnya kurang tepat menyatakan “Allah menjadi manusia”. Lebih tepat dalam penyataan Kristus, Allah melalui FirmanNya berkenan menjadi manusia. Itu sebabnya Yoh. 114 mengungkapkan “Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Dalam pemikiran Alkitab disadari bahwa Firman Allah yang menjelma menjadi Kristus pada hakikatnya adalah Allah Yoh. 11. Tetapi pada sisi lain, Firman Allah tersebut berbeda dengan Allah. Allah dan Firman Allah memiliki keunikan-Nya sendiri. Sehingga berulangkali dalam Perjanjian Lama dinyatakan bahwa “Firman Tuhan” dabar Yahweh datang kepada nabi-nabi misalnya kepada nabi Yeremia Yer. 14, Hosea Hos. 11, Yunus Yun. 11, Mikha Mikh. 11, Zefanya Zef. 11. Dalam pemahaman teologis ini Firman Tuhan tetap dihayati sebagai pribadi Ilahi yang sehakikat dengan Allah. Sehingga alam semesta dapat terjadi karena diciptakan oleh Firman Allah Yoh. 13, Ibr. 113. Karena Kristus adalah inkarnasi dari Firman Allah yang menciptakan alam semesta dan manusia, tetapi manusia memberi respon untuk menolakNya, maka di Injil Yohanes menyaksikan, yaitu “Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan olehNya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya” Yoh. 110-11. Dengan demikian, teologi Kristen tetap mengakui bahwa terdapat kesatuan yang hakiki antara Allah dan Firman-Nya, serentak pula terdapat perbedaan di antara Allah dan Firman-Nya; sehingga dalam Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel menyatakan relasi yang unik, intim dan tiada taranya antara Allah dengan Kristus, yaitu “diperanakkan, bukan dibuat, sehakikat dengan sang Bapa, yang dengan perantaraan-Nya, segala sesuatu dibuat; yang telah turun dari sorga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita”. Teologi inkarnasi Firman Allah yang menjelma menjadi Kristus pada hakikatnya untuk mengaruniakan anugerah keselamatan Allah agar tercipta keselamatan yang total dan menyeluruh kepada umat manusia. Melalui inkarnasiNya, Allah di dalam Kristus berkenan memberikan diriNya agar manusia memperoleh hak waris kerajaan Allah. Jadi alasan utama mengapa Allah di dalam Kristus menjelma manusia adalah agar sejarah kehidupan manusia yang semula berada dalam belenggu kuasa kegelapan dapat menjadi medan dari karya keselamatan Allah, sehingga manusia yang percaya kepada Kristus akan dikaruniai jabatan sebagai “anak-anak Allah” Yoh. 112. Sehingga di dalam diri Kristus, sejarah kehidupan manusia dan realita kerajaan Allah dapat bertemu menjadi satu kenyataan hidup umat manusia. Apabila selama ini umat manusia gagal memperoleh keselamatan dan menjadi anak-anak Allah karena keterlibatan Firman Allah lebih banyak sebatas sebagai “wahyu Allah” yang memberi ilham tentang kehendak Allah dan hukum-hukumNya kepada umat manusia. Firman Tuhan yang tercakup dalam hukum Taurat sangatlah rohani, tetapi manusia dalam kodratnya sangatlah lemah dan berdosa Rom. 714; sehingga tidak ada seorang pun yang mampu memperoleh keselamatan dengan usaha, kekuatan, amal-ibadah atau prestasi rohaninya sendiri untuk melakukan firman Tuhan tersebut. Itu sebabnya apa yang tidak mampu dilakukan oleh manusia, itulah yang mampu dilakukan oleh Kristus bagi Allah. Di dalam kehidupan Kristus, Allah tidak hanya sekedar “berfirman dan memberi wahyu-Nya”; tetapi di dalam Kristus, Allah secara total dan personal hadir dalam realitas sejarah kehidupan umat manusia. Sehingga dalam keadaan-Nya sebagai manusia, Tuhan Yesus dapat merasakan dan mengalami seluruh kelemahan-kelemahan manusiawi kita, tetapi hidupNya tetap kudus dan tanpa dosa lihat Ibr. 415. Konsekuensinya, hanya Kristus yang dapat menjadi satu-satunya pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang Ibr. 59. Sebab melalui Kristus, Allah berkenan melimpahkan kasih karuniaNya. Ibr. 416 berkata “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih-karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya”. Alasan mengapa “Allah menjadi manusia” dari sudut yang relasional yaitu bahwa di dalam Kristus, Allah yang Mahatinggi secara hakiki berkenan menjadi sahabat bagi umat manusia. Sebab dalam keberdosaan dan kefanaannya, umat manusia berada dalam situasi yang terasing dan terbuang. Manusia tidak hanya terasing dari sesama dan orang-orang di sekitarnya, tetapi dia juga terasing dengan dirinya sendiri dan terasing dengan Allah. Sehingga dengan keterasingan tersebut kehidupan manusia senantiasa ditandai oleh “keretakan-keretakan” spiritual yang membuat dia sering kehilangan makna dan tujuan hidupnya. Melalui Kristus, Allah menempatkan diriNya sama dan setara dengan umat manusia. Bahkan lebih dari pada itu, di dalam penderitaan dan kematian Kristus, Allah berkenan mengosongkan diriNya untuk menjadi seorang hamba yang menderita dan mengalami perlakuan yang sewenang-wenang, kejam dan tidak adil. Tujuannya agar di dalam Kristus, Allah dapat merasakan pula seluruh penderitaan setiap orang yang tidak berdaya. Sehingga di dalam Kristus, Allah yang jauh menjadi Allah yang sangat dekat. Dia hadir dalam realitas hidup manusia. Sangatlah tepat rasul Paulus berkata tentang Kristus, yaitu “Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh” sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus. Karena Dialah damai-sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan” Ef. 213-14. Melalui Kristus, realita eksistensial berupa “keretakan-keretakan spiritual” yang memisahkan manusia dengan dirinya, sesama dan Allah dapat direkatkan menjadi suatu hubungan yang harmonis, yaitu damai-sejahtera Allah. Umat manusia tidak lagi berada di bawah kuasa dosa. Kita tidak lagi hidup sebagai seorang hamba, tetapi kita disebut oleh Kristus sebagai “sahabat-sahabat-Nya”. Di Yoh. 1515, Tuhan Yesus berkata “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari BapaKu”. Selama ini sejarah dan kehidupan manusia ditempatkan sebagai sesuatu yang serba duniawi, sedang realitas yang berkenaan Allah seperti agama dan ibadah sebagai sesuatu yang rohaniah. Filsafat Neo-Platonisme dalam kurun waktu yang sangat panjang telah berhasil membangun suatu paradigma dan pola hidup yang serba dualistis, yaitu antara dunia materi dan dunia roh. Pekerjaan, profesi atau karier merupakan bentuk dari materi yang duniawi. Sedang segala hal yang berkaitan dengan ibadah dan keagamaan dianggap sebagai serba rohaniah. Itu sebabnya teologia yang dipengaruhi oleh neo-Platonisme mendorong agar umat meninggalkan pekerjaan “duniawinya” dan beralih menjadi seorang “hamba Tuhan”. Padahal Allah yang menjadi manusia di dalam Kristus, justru bertujuan untuk menguduskan seluruh dunia “materi”, sehingga di dalam Kristus tidak ada lagi paradigma atau pola hidup yang serba dualistis. Selama 30 tahun Kristus berprofesi sebagai “anak tukang kayu”. Maknanya adalah bahwa pekerjaan tukang kayu yang pada zaman itu dianggap kurang terhormat dan kurang suci; justru kini di dalam terang Kristus semua pekerjaan yang dianggap “duniawi” tersebut menjadi suatu pekerjaan yang setara dan sama sucinya dengan pekerjaan seorang Imam atau Ahli Taurat. Dalam hal ini Martin Luther dengan teologi “Imamat Am Orang Percaya” menegaskan bahwa jabatan seorang Imam atau pastor dan pendeta tidak lebih mulia dari pada jabatan atau profesi seorang “awam”. Semua orang dalam setiap jabatan atau profesinya adalah seorang Imam. Dengan demikian, melalui inkarnasi Kristus, Allah telah menguduskan semua aspek kehidupan dalam sejarah umat manusia. Semua hal dan setiap bidang kehidupan manusia adalah kudus. Karena itu manusia dipanggil oleh Allah dengan anugerah-Nya untuk hidup kudus. Di 1Petr. 115-16, firman Tuhan berkata “tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis Kuduslah kamu, sebab Aku kudus”. Sehingga di dalam Kristus, umat percaya dipanggil untuk mampu menghargai setiap bidang kehidupan, mampu mengelolanya dengan penuh rasa tanggungjawab kepada Tuhan dan sesamanya; serta memperlakukan semua aspek kehidupan ini secara kudus. Dengan demikian, makin menjadi jelas bahwa alasan Allah menjadi manusia bukanlah sekedar untuk suatu kisah petualangan adventure teologis yang romantis dalam sejarah hidup manusia. Allah berkenan menjadi manusia juga bukan karena Dia ingin sekedar solider dengan penderitaan dan permasalahan manusia. Tetapi dalam inkarnasi-Nya melalui Kristus, Allah memberi kepenuhan kasih karunia-Nya kepada umat yang percaya sehingga terciptalah suatu syalom, yaitu damai-sejahtera dan keselamatan yang menyeluruh dalam kehidupan manusia. Allah berkenan menjadi manusia pada hakikatnya bertujuan untuk mengaruniakan keselamatan, yang tidak mungkin mampu dilakukan dengan upaya dan usaha manusia. Sehingga seandainya Allah tidak pernah menjadi manusia dalam inkarnasi Kristus, maka seluruh umat manusia dengan agama dan kepercayaan serta semua prestasi rohaninya tetap berada di bawah hukuman dan murka Allah.
Firman Allah menjelma jadi manusia Yohanes 114 yang dalam istilah teologis “Inkarnasi,” “Menjadi Daging,” ternyata dikandung oleh seorang Perawan atau Dara bernama Maria Lukas 1 27,31. Ini berarti bahwa yang dikandung Maria dan tinggal dalam rahimnya itu adalah “Firman Allah” yang adalah “Allah” Yohanes 11 yang “menjadi manusia” Yohanes 114 yakni “mengosongkan Dirinya sendiri dengan mengambil rupa sebagai hamba dan menjadi seperti manusia” Filipi 27. Karena Allah itu tak berubah Maleakhi 36, maka ke-Allah- an dari Firman Allah itu pun tidak berubah. Dia adalah Allah sebelum dikandung oleh Perawan Maria. Dia adalah Allah ketika berada di dalam kandungan Perawan Maria, dan Dia tetap Allah ketika mengenakan tubuh Jasmani yang diambil Galatia 44 dari rahim Maria sehingga Dia disebut sebagai “buah rahim” Maria Lukas 142, serta lahir berwujud manusia. Sehingga di “dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allah-an” Kolose 29. Dengan demikian melalui kelahiran-Nya oleh Perawan Maria ini, “di dalam Yesus itu” “berdiam” hanya ada “Satu Pribadi” “dalam Dia” bukan “dalam mereka” namun yang memiliki “dua kodrat” yaitu “Manusia” “secara jasmaniah” yang diambilnya dari Perawan Maria melalui kelahiran-Nya dan “Allah” yang merupakan Firman dan Firman itu adalah Allah Yohanes 11. Sehingga Maria dapat disebut “Tokos” = “Yang Melahirkan/ Yang Memberi Kelahiran”; dan “Theo” “seluruh kepenuhan ke-Allah-an”. Jadi, Maria disebut sebagai “Theotokos,” sebab ternyata dalam diri Anaknya yang berwujud manusia sempurna itu berdiam “seluruh kepenuhan ke-Allah-an” yaitu memiliki kodrat Allah yang sepenuh-penuhnya. Jelaslah bahwa Yesus Kristus itu adalah “Manusia” dan “Allah” sekaligus, oleh karena itu ibunya memang harus diberi gelar “Theotokos.” Gelar Theotokos ini justru dapat membentengi kesempurnaan kemanusiaan dan sekaligus kesempurnaan ke-Allah-an Yesus Kristus dalam Satu Pribadi. Dengan demikian manusia dan Allah telah “manunggal” dalam Satu Pribadi Sang Kristus dan jurang pemisah antara Allah dan Manusia akibat dosa sudah tertutup sehingga Sang Kristus memang menjadi Pengantara antara Allah dan Manusia 1 Yohanes 21-2. Dan gelar Sang Theotokos adalah benteng kokoh yang melindungi kebenaran ke “Allah-Manusia” an Yesus Kristus dalam “Satu Pribadi” itu. Ketika gelar Theotokos dibuang dari Maria dan dicampakkan dari pemahaman theologis, maka akan terjadi kacau-balau dalam pemahaman Kristologis, seperti yang kita lihat dalam kesiampangsiuran pemahaman Kristolologis yang muncul sejak abad kesembilan belas sampai kini ini dalam liberalisme theologia di Eropa dan munculnya sekte-sekte di Amerika. Karena benteng yang melindungi keutuhan makna theologis mengenai Kristus yaitu “Maria” dengan gelar “Theotokos” nya itu dibuang, dinjak-injak, dan diabaikan. Firman yang menjadi manusia itu disebut Anak Allah Yang Mahatinggi Lukas 132. Anak Allah ini adalah satu hakikat dengan Allah Bapa namun tidak identik atau sama dengan Allah Bapa. Anak Allah itu tidak beda sifat hakikat-Nya dari Allah Bapa, dikatakan demikian oleh ayat-ayat Kitab Suci “…. Firman itu adalah Allah” Yohanes 11; “Aku Firman Allah yang menjelma dan Bapa Allah adalah satu… Jawab orang Yahudi …. Engkau Yesus Kristus = Firman Allah menjelma …. menyamakan diri-Mu dengan Allah bukan “mengidentikkan pribadi dengan Bapa”, menyamakan di sini dalam arti sama hakikat-Nya dengan Allah sebagai Firman Allah” Yohanes 1030,33; Tomas menjawab Dia Yesus Kristus = Firman Allah menjelma ” Ya Tuhanku dan Allahku” Yohanes 2028; “…. Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia…. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin ” Roma 95; “…. Yesus, dalam rupa Allah…kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik….” Filipi 25-6; “… Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar….” I Yohanes 520. Dan Anak Allah itu berbeda dengan Allah Bapa dijelaskan oleh Kitab Suci sebagai berikut “…. Engkau Yesus Kristus = Firman yang menjelma … guru yang diutus Allah …” Yohanes 32; “…. Allah…. mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal Firman-Nya yang Satu-satunya = Yesus Kristus Yohanes 316; “…. Allah mengutus Anak-Nya Firman-Nya ke dalam dunia…” Yohanes 317; “Bapa Allah mengasihi Anak Firman ….” Yohanes 335; “…. percaya kepada Dia Allah = Sang Bapa yang mengutus Aku Yesus Kristus = Firman yang menjadi manusia… Yohanes 524; “… mengenal Engkau Bapa =Allah satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus Firman Allah yang menjelma yang telah Engkau Allah = Bapa utus” Yohanes 173; “… Aku Yesus = Firman menjelma akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu” Yohanes 2017; “… Bapa Allah lebih besar dari pada Aku Yesus Kristus = Firman Allah yang menjelma” Yohanes 1428. Masih banyak data Kitab Suci yang lain yang menunjukkan hal tersebut. Firman Allah itu bukan Allah yaitu bukan Sang Bapa namun tak berbeda dari Allah yaitu satu hakikat dengan Sang Bapa, maka keadaan Yesus sebagai Firman yang azali ini disebut “Allah” yang artinya Dia sudah ada sejak kekal dan melekat satu di dalam hakikat Allah yang Esa Sang Bapa itu. Jadi, yang dimaksud “Allah menjadi manusia” dalam iman kita adalah “Firman Allah” yang ber-hypostasis, yang memiliki sifat ilahi yaitu kekekalan, telah “turun” sebagai manusia sejati yaitu Yesus Kristus. Jadi, bukan Allah yang Maha Esa Sang Bapa itu yang menjadi manusia, namun “Firman-Nya” yang dalam istilah teologis “Anak” itu yang turun ke atas bumi. Inkarnasi niscaya menjadi pengantara antara Allah dan manusia. Melalui inkarnasi manusia dan Allah telah “manunggal” dalam Satu Pribadi Sang Kristus dan jurang pemisah antara Allah dan manusia akibat dosa sudah tertutup sehingga Sang Kristus memang menjadi Pengantara antara Allah dan manusia 1 Yohanes 21-2. Dengan kata lain, inkarnasi membawa keselamatan bagi manusia karena manusia dapat kembali kepada Allah. Seperti apa keselamatan itu? Kemanusiaan yang dikenakan Firman Allah dalam inkarnasi-Nya itu adalah kemanusiaan yang baru, suatu kemanusiaan yang seharusnya dicapai oleh Adam seandainya Adam tidak jatuh dalam dosa. Itulah kemanusiaan yang sekarang harus menjadi tujuan akhir kita dalam mencapai keselamatan yaitu kemausiaan baru dalam Adam yang baru Yesus Kristus Roma 5 12-21; 2 Korintus 517; Efesus 215; 424. Sehingga hanya dengan menyatu dan manunggal dengan Yesus Kristus sajalah keselamatan itu mungkin bagi kita Roma 6 3-5. Perbuatan baik dan amal manusia pada dirinya sendiri tanpa menyatu dengan Kristus ini tak akan membawa keselamatan Efesus 2 8-9. Tak ada perbuatan baik satu pun yang dapat memuliakan manusia sebab sumber pemuliaan itu adalah tubuh kemanusiaan Kristus yang telah dimuliakan itu. Keselamatan tak akan didapat melalui perbuatan baik dan amal jasa manusia saja. Dengan menjaga makna Pribadi Yesus Kristus yang satu dengan dua kodrat yang tak pernah berubah, berbaur, kacau, maupun terpisah-pisah demikian sajalah keselamatan itu mungkin bagi manusia. Dengan demikian mulai dari Ireneus dan seluruh abad sejarah Kekristenan para Bapa Gereja selalu menegaskan, “Anak Allah menjadi Manusia agar manusia boleh menjadi anak-anak Allah,” “Allah menjadi manusia agar manusia boleh menjadi seperti Allah,” “Yang Roh menjadi yang daging agar yang daging ini boleh ambil bagian di dalam sifat dan kodrat yang Roh,” “Apa yang dimiliki Allah secara kodrat-Nya itu diberikan kepada manusia melalui rahmat kasih karunia/anugerah-Nya.” Keselamatan itu bukan hanya sekedar status yang diberikan misalnya “orang berdosa yang dibenarkan” saja namun kodrat kemanusiaan yang dipulihkan menjadi ciptaan atau manusia baru yang terus menerus diperbarui Kolose 310. Keselamatan itu bukan sesuatu yang dituangkan dari luar, namun penyembuhan yang dimulai dari dalam. Keselamatan itu bukan hanya sekedar masuk surga lepas dari neraka, namun manunggal dalam hidup ilahi itu sendiri dan menyatu dalam gemilang kemuliaan kodrat-Nya” “mengambil bagian dalam kodrat ilahi” – 2 Petrus 14. Keselamatan adalah pelepasan dari kuasa Iblis, dosa, kelapukan tubuh, kefanaan hidup, dan kematian serta dimanunggalkan dengan tubuh kebangkitan Kristus dan dengan demikian manunggal dengan hidup ilahi mencapai “theosis”. Kiranya hari Natal yang kita peringati bulan ini membawa kita masuk dalam penghayatan tentang siapa Yesus Kristus dan mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar Filipi 212. Amin!
allah menjelma menjadi manusia